Reza Nurhilman (AXL)
Tokoh yang Sukses memanfaatkan marketing melalui media Jejaring Sosial
Biodata Owner Maicih :
1) Nama :
Reza Nurhilman
2) Panggilan : Axl
3) TTL : Bandung, 29 September 1987
4) Alamat :
Jl.Padaringan 40 A, Kompleks KPAD,GegerKalong, Bandung
5) Pendidikan : SMPN 1 Cimahi 2002 SMAN 2 Bandung 2005 Univ.
Kristen Maranatha , Jur Manajemen 2009
Profil Produk
1. Keripik singkong pedas ( level 3,5,10)
2. Baso Goreng
3. Gurilem
4. Seblak
Profil Bisnis
Dengan Tagline : “ For Ichiher With Love “ maicih ingin tampul dekat dengan
para penggemarnya, selalu memanjakan penggemarnya di seantero nusantara dengan
cita rasa yang berkualitas.
Awal Usaha :
·Dimulai pada pertengahan 2010
·Dengan modal 15 juta
·Produksi 50 bungkus per hari
·Varian awal yang keluar keripik dan gurilem
·Memproduksi level 1 sampai level 5
·Dipasarkan dengan cara kelililing
Tak pernah terbayangkan oleh Reza Nurhilman jika perkenalannya dengan seorang
nenek tiga tahun lalu menjadi awal kesuksesannya berbisnis. Pemuda 23
tahun ini menceritakan bagaimana iabisa menemukan resep keripik singkong
“setan” maicih, yang kini menjadi perbincangan hangat di dunia maya dan tenar
di kalangan anak muda Bandung.
Sekitar 2008, Reza diajak oleh seorang temannya
ke daerah Cimahi dan mencicipi keripik buatan si nenek yang enggan ia sebutkan
namanya. "Saya cicipin keripiknya dan memang enak," kata Reza atau
biasa disebut Axl, Presiden Keripik Maicih, saat berbincang dengan Tempo di
salah satu kafe di Bandung.
Saat itu bungsu dari tiga bersaudara ini masih bekerja serabutan. Sesekali ia
mengikuti pelatihan motivasi sumber daya manusia. Ia belum terpikir akan
menggeluti bisnis itu. Baru pada Juni tahun 2009, Axl kembali mengunjungi rumah
nenek itu. Ia melihat si nenek hanya membuat keripik pada saat-saat tertentu
dan pemasarannya amat terbatas. Terlintas dalam pikirannya untuk membangun
usaha menjual keripik.
Dengan bermodal Rp 15 juta, Axl mulai memproduksi keripik yang diberi merek
Maicih sebanyak 50 bungkus per hari. Ia membuat perbedaan tingkat kepedasan
dari level 1 hingga level 5. "Saya mulai ngider memasarkan keripik dengan
memberikan sampel ke teman, saudara, memanfaatkan Twitter dan Facebook,"katanya.
Pada 11 Februari 2010, di Paris Van Java Mall, Bandung, digelar acara
trademark market. Kesempatan ini digunakan Axl untuk meluaskan pasar keripik
Maicih. Ia merasa terbantu oleh berlangsungnya acara itu. Pasarnya bertambah.
"Artis dan para pejabat jadi tahu dan penasaran dengan keripik Maicih,"
katanya.
Nama Maicih, kata mahasiswa Manajemen Universitas Maranatha Bandung ini,
diambil dari istilah dompet kecil yang suka dipakai ibu-ibu. Nama ini juga
mengundang rasa penasaran konsumen karena terdengar nyeleneh. Pemasarannya
dibantu oleh teman-temannya di sekolah menengah atas dan saudaranya. Walhasil,
peminat keripik Maicih mulai banyak. "Awalnya karena penasaran dengan nama
Maicih-nya," ucapnya.
Dalam sebulan, respons atas keripik itu mulai bermunculan. Kebanyakan
mengomentari penyedap rasa yang amat dominan. "Saya langsung
memperbaikinya karena enggak mau kehilangan pelanggan," ujarnya. Axl juga
mulai mengenal selera pelanggan. "Lebih banyak yang suka keripik dengan
kepedasan dari level 3 sampai 5," katanya. "Ada juga yang level 10,
sangat pedas, tapi itu limited edition.
Dalam menjalankan usahanya, Axl menerapkan prinsip totalitas, loyalitas,
dan sinergi. Ia berharap kepercayaan pelanggan terjaga dan kekompakan tim
pemasaran tetap berlangsung. Loyalitas terhadap keripik Maicih ini mendorong
mereka membentuk satu komunitas yang bernama Icihers. Komunitas ini kebanyakan
perempuan. Mereka amat aktif menyebarkan informasi tentang keripik Maicih.
Axl mengucapkan rasa terima kasihnya kepada kolega, saudara, dan para
Icihers yang telah loyal memasarkan keripiknya. "Sehingga semakin banyak
orang yang 'tericih-icih' (istilah ketagihan keripik Maicih),"jelasnya.
Namun bukan berarti perjalanan bisnis Axl selalu berjalan mulus. Pada November
tahun 2010, keripik Maicih tidak diproduksi akibat kurangnya alat penggorengan
yang masih memakai tungku. "Pelanggan makin banyak tapi kapasitas
penggorengan kurang," kata dia. Selama sebulan ia harus memperbaiki tunggu
itu.
Saat ini dalam sehari ia bisa memproduksi 2.000 bungkus. "Selalu
habis," ujar Axl. Ia berencana akan menambah jumlah produksi mencapai 10
ribu bungkus per hari. Axl, yang berasal
dari keluarga ekonomi kurang mampu, tak menyangka usahanya bakal sesukses ini.
Saat ini omzet penjualan keripik Maicih dalam sehari mencapai Rp 22 juta dan
dalam sebulan bisa mencapai 7 milyar.
Pelanggan di luar Bandung juga bisa memesan Maicih melalui sistem online
di ngiderngiler.com. Dalam waktu dekat, Axl juga akan membuat wardrobe Maicih
berupa kaus dan merchandise. "Saya ingin Maicih menjadi ciri khas Jajanan
Bandung," kata dia.
Maicih Masa Kini
·Membuat varian sampai level 10
·Demand konsumen sangat tinggi
·Kapasitas produksi hingga kini 2000 bungkus / hari
·Omset per bulan 800 – 900 Juta ( ± 30 jt / day )
·Memiliki 20-an jenderal as a marketer
·Pemasaran di Jakarta, Bandung, Jogja, Surabaya, dll melalui jenderal
·Pegawai Produksi yang dimiliki 30-an
Belum genap setahun, 'keripik setan' bermerek Maicih menjadi ikon jajanan yang
fenomenal di Bandung. Bak tersihir, saat ini banyak orang yang penasaran akan
cemilan pedas yang satu ini. Sosok dibalik kesuksesan Maicih adalah Reza
Nurhilman atau yang akran disapa Axl. Laki-laki berumur 23 tahun inilah yang
menemukan resep keripik dari seorang nenek-nenek.Axl bertemu sosok emak-emak
(Nenek-nenek ) yang memang mempunyai resep keripik lada atau keripik
setan yang rasanya enak. Sosok emak-emak tersebut bukan bernama Maicih. Axl
sendiri membuat nama tersebut agar lebih nyeleneh dan mudah diingat orang.
Sosok emak-emak ini identik dengan ke-icihan. Dia pake selalu pakai ciput. Nama
aslinya bukan Mak Icih, biar nyeleneh saja jadi beri nama Maicih. Pertemuan Axl
dengan Si Emak tersebut terjadi sekitar 3 tahun lalu di daerah Cimahi. Menurut
Axl, Emak tersebut tidak menjual keripik setannya secara komersil. Keripik
hanya diproduksi saat momen-momen tertentu saja. Sehingga pada tahun 2010.
Kunci sukses pada bisnis yang dilakukan Axl adalah terletak pada bagaimana cara
dia berfikir “out of the box” . hal ini ternyata ampuh dilakukannya terbukti
dengan usaha yang ia jalani sekarang sangat menjadi bahan perbincangan di
kalangan anak muda. Orang penasaran ingin mencoba apa itu maicih, yang
digembar-gemborkan orang di twitter. Axl suskses karena berkat ketekunan dan
keyakinan nya akan bisnis yang ia jalankan. Menjadi sukses adalah kewajiban dan
hak setiap orang. Suskes tidak mungkin datang sendiri , tetapi melalui sebuah
perjuangan yang gigih pantang menyerah. Suatu kegagalan itu adalah sangat wajar
, orang mengalami kegagalan belum berarti dia menjadi orang yang gagal total,
namun sesungguhnya ada hikmah dibalik semua itu yaitu Keberhasilan.
Strategi Pemasaran
Ini merupakan titik berhasilnya maicih dimana dilakukan dengan strategi
pemasaran yang out of the box. Axl memanfaatkan kecanggihan teknologi masa kini
yaitu dengan media twitter dan Facebook. Axl sengaja membuatn produknya
eksklusif agar orang penasaran. Dia tidak membuka toko seperti layaknya
kebanyakan penjual, namun dijual dengan memanfaatkan media twitter sebagai
informasi lokasi dimana para Jenderal ( agen ) maicih mangkal menjajakan
dagangannya.
Pemasaran produk ini berbeda dengan kudapan unik kota Bandung lainnya. Calon
pelanggan hanya bisa mengetahui dimana Maicih gentayangan tiap harinya melalui
situs microblogging Twitter. Tiap hari @InfoMaicih akan memberi kabar di mana
produk Maicih bisa didapatkan. Tim pemasaran Maicih yang disebut sebagai
Jenderal, akan menjual produk Maicih di lokasi-lokasi tertentu. Mulai dari
kampus, kantor atau tempat keramaian lainnya. Pendek kata, tak ada yang abadi
sebagai tempat membeli produk Maicih. Mereka selalu mobile sesuai posisi para
jenderal. Cara pemasaran yang cukup unik ini terbukti mendongkrak nama Maicih
di jagat twitter. Banyak yang penasaran seperti apa produk Maicih gara-gara
membaca kicauan pengguna Twitter yang bersliweran tiap saat. Dan biasanya
mereka yang sudah merasakan kripik setan Maicih pastinya bakal tericih-icih
alias kepedasan.
Yang membuat pemasaran produk ini berbeda dengan produk produk lainnya
Twitter Ma Icih bambangworld.blogspot.com
. Hanya dengan berkampanye lewat social media twitter, Maicih, merek keripik
pedas asal Bandung, berhasil menaklukkan hati para Icihers. Bahkan, tak sedikit
dari mereka yang ingin naik kelas menjadi “Jendral” Maicih. Efeknya, baru satu
setengah tahun, omzet Maicih menembus Rp 7 miliar per bulan. Bagaimana
cara Republik Maicih membuat kalangan anak muda urban di Tanah Air bisa
“tericih-icih”?
Siapa sih yang gak kenal kenal dengan Maicih? Itu loh, keripik pedas asal
Bandung yang sekarang sedang happening dan tengah “digilai-gilai” kaum
muda. “Gak gaul kalau belum tahu dan nyoba Maicih sampai tericih-icih
(tergila-gila—red),” demikian diungkapkan para icihers, sebutan untuk para
penggemar keripik Maicih. Ruar biasa memang. Dalam seminggu terakhir misalnya,
tak kurang 3800 percakapan di Twitter membicarakan Maicih.
Ya, salah satu yang membuat unik dari Maicih adalah sebutan atau istilah yang
dilemparkan manajemen Maicih ketika berkomunikasi dengan para calon konsumen
dan pelanggannya melalui Twitter. Ada “Emak” (nenek) untuk pembuat keripik Maicih
dan “Cucu” untuk konsumennya. Kemudian, ada “Jendral” untuk reseller-nya,
“Icihers” sebutan gaul penggemar Maicih, “Republik Maicih” untuk manajemen,
hingga istilah “tericih-icih” untuk menggambarkan ketagihan akan pedasnya
Maicih.
Sejak diluncurkan akhir Juni 2010 lalu, keripik Maicih memang menjadi salah
satu hot isu dan fenomenal di kalangan anak muda urban, terutama para
peselancar dunia maya. Maklum saja, cara memasarkan keripik Maicih memang beda
dengan keripik pedas lainnya—yang notabene sudah lebih dulu beredar di Bandung.
“Awalnya kami memasarkan tiga varian Maicih, keripik, seblak, dan
gurilem, lewat jaringan pertemanan dan kekeluargaan,” cerita Reza Nurhilman,
pemilik sekaligus President Keripik Maicih yang akrab disapa Axl (baca: Axel).
Melalui jaringan kekerabatan, Axl mencoba menciptakan isu atau word of mouth
(WOM). Salah satunya, dengan tingkat kepedasan keripik. “Keripik yang kami
jajakan memiliki tingkat kepedasan yang berbeda. Mulai dari level satu sampai
lima, dan langsung ke level 10 yang tingkat pedasnya paling tinggi,” lanjutnya.
Walhasil, dengan diferensiasi seperti itu, produk pun direspon positif oleh
lingkar kekerabatan Axl. Mereka pun tak segan-segan meng-endorse keripik Maicih
lewat kicauan mereka di akun twitter masing-masing. Dua bulan berjalan,
permintaan untuk level tiga dan lima melonjak tajam. Oleh karena itu, produksi
keripik pun lebih diperbanyak untuk dua level tersebut.
Melihat efektivitas kicauan teman-temannya di dunia maya, maka Axl pun
memutuskan untuk fokus hanya berkomunikasi lewat twitter @infomaicih, facebook
#maicih, dan situs www.maicih.co.id. Diterangkan Axl, jumlah follower Maicih
saat ini sudah mencapai lebih dari 354 ribu, sedangkan jumlah fanpage mencapai
49.000-an.
Untuk itu, jangan harap Anda akan menemukan gerai fisik Maicih. “Kami memang
sengaja tidak membangun gerai fisik. Dari sisi biaya operasionalnya sangat
tinggi. Dan yang terpenting, gerai fisik tidak mampu menciptakan
interaksi antara brand Maicih dengan konsumen,” ungkap Axl beralasan.
Lantas, bagaimana cara Maicih dikomunikasikan dan dijajakan? Rupanya, Maicih
punya sederet “jendral”—sebutan untuk pasukan penjual atau reseller Maicih.
Jendral tersebutlah yang bertugas berkicau di akun twitter mereka masing-masing
tentang lokasi-lokasi mana saja yang bakal disambangi mobil yang membawa
keripik Maicih untuk dijajakan. Dan, tiap harinya lokasi yang disambangi
berpindah-pindah, alias nomaden.
Konsep jualan nomaden itu rupanya justru menggelitik rasa penasaran sekaligus
memicu antusiasme konsumen. Dampaknya, tak sedikit anak-anak muda justru
menunggu-nunggu kicauan dari para jendral Maicih plus berharap lokasi kampus
atau rumah mereka bisa disambangi mobil Maicih.
Melalui konsep nomaden itu, urai Axl, “Kami ingin mencapai misi pertama kami,
yaitu menciptakan gengsi di dalam diri konsumen kalau bisa
mengkonsumsi Maicih. Bahkan, punya gengsi jika bisa menjadi icihers.” Itu
artinya, jika belum tahu dan mencoba Maicih, boleh dibilang mereka belum masuk
kategori “bergaul”.
Kini, misi berikut dari Axl dan kawan-kawan adalah menciptakan gengsi profesi
seorang jendral. Menjadi seorang jendral Maicih jelas tidak mudah. Seleksi
dilakukan sangat ketat. “Ada tiga batch yang kami tawarkan kepada para calon
jendral,” imbuhnya. Ketiga batch itu dibedakan berdasarkan pembelanjaan keripik
Maicih.
Untuk batch pertama, nilai pembelanjaan para jendral minimal Rp 5 juta per
minggunya. Batch dua, nilai pembelanjaan produk Maicih minimal Rp 10 juta per
minggunya. Sementara batch tiga, kategori baru, nilai pembelanjaan minimal Rp
100 juta per minggunya. “Para jendral dibebaskan untuk berinovasi dalam
memasarkan produk Maicih,” ungkap Axl.
Selain syarat pembelanjaan, yang terpenting adalah calon jendral Maicih harus
datang ke Bandung untuk interview dan mengikuti Akademi Jendral Maicih. “Di
sana, calon jendral di-training seputar team work, inovasi, character building,
dan soft skill lainnya. Pendeknya, para calon jendral harus mampu menjadi
Independent Bussiness Owner (IBO),” tegas Axl.
Jangan heran, jika para jendral Maicih dituntut untuk inovatif memikirkan
cara-cara efektif dalam memasarkan keripik Maicih di area mereka masing-masing.
“Kami tidak men-support dana sepeser pun untuk para jendral. Mereka sendirilah
yang harus mampu membangun brand Maicih dan memasarkannya di wilayahnya
masing-masing,” ia menambahkan.
Axl mencontohkan, area Cirebon memiliki karakteristik yang berbeda dengan
wilayah Jakarta. Di Cirebon, komunikasi jauh sangat efektif menggunakan medium
radio. Maka, jendral di sana pun bekerja sama dengan sejumlah radio lokal
untuk menggelar talkshow seputar Maicih. Sementara di Jakarta, ketika Axl
diundang hadir di salah satu program Metro TV dan Trans7, permintaan Maicih
langsung booming. “Beda lagi dengan Bekasi. Pendekatan di sana justru sifatnya
harus personal,” tuturnya.
Kerja keras para jendral—yang merupakan anak-anak muda kelahiran era 80-an—itu
tak percuma. Kini, Maicih sudah sampai seantero Indonesia, dari Aceh hingga
Papua. Bahkan, Maicih juga sudah menjangkau mancanegara. Sebut saja Jepang dan
Singapura. Tak mengherankan, dengan modal awal yang hanya Rp 15 juta, kini
omzet Maicih membengkak. Per bulan, omzet Maicih—yang didapat dari pembelanjaan
keripik para jendral—sudah menembus Rp 7 miliar.
“Untuk jendral batch dua, tak sedikit pembelanjaan mereka tiap minggunya Rp 200
juta-Rp 300 juta. Kontribusi tertinggi memang masih di kota-kota besar seperti
Jakarta, Surabaya, Jogja, dan Semarang,” ia mengaku.
Lantas, berhasilkah Axl pada misi keduanya: membangun gengsi menjadi jendral
Maicih? Jawabannya, jelas berhasil. Ini dibuktikan dengan membludaknya
anak-anak muda yang ingin menjadi jendral Maicih. “Dalam sehari, lebih dari
seribu orang yang ingin mendaftar menjadi jendral Maicih. Dan, ada dari
kalangan artis muda yang sudah menjadi jendral Maicih,” terang Axl.
Namun, Axl mengaku tidak bisa sembarangan menerima para jendral. Lantaran, di
tangan para jendral-lah reputasi dan nasib brand Maicih digantungkan. Selain
reseller, para jendral juga menjadi endorser sekaligus talker brand Maicih. Oleh
karena itu, seleksi para jendral dilakukan sangat ketat. “Selain harus memiliki
mindset Independent Bussiness Owner dan lulus Akademi Jendral Maicih, kami
lebih mendahulukan wilayah-wilayah yang masih kosong pemain dan memiliki
potensial market,” jelasnya.
Setelah sukses dibincangkan di jejaring sosial serta diliput banyak media
elektronik, cetak, maupun online, diakui Axl, Maicih mulai kedatangan
kompetitor. Di daerah asalnya di Bandung, tak kurang dari 30 brand
keripik—dengan jenis varian yang serupa—mulai agresif memasarkan produknya.
Oleh karena itu, Axl mengaku, tidak bisa tinggal diam. Dalam waktu dekat, tepat
di awal tahun 2012, diungkapkan Axl, “Kami akan re-packaging dan meluncurkan
varian baru, seblak keju.” Jika saat ini kemasan Maicih masih terlihat biasa,
bahkan terkesan jadul (jaman dulu—red), tahun depan akan segera berganti. Untuk
re-packaging dan peluncuran varian baru itu, saat ini Axl dan tim sedang
menggodok konsep event-nya.
Tak cukup, Republik Maicih pun akan jauh lebih agresif menjadi pembicara di
acara seminar atau workshop, menjadi narasumber di media elektronik, cetak,
maupun online, hingga menggelar program corporate social responsibility.
Bahkan, untuk menunjukkan bahwa Maicih adalah sang pionir, tak segan-segan
Republik Maicih memasang reklame Maicih di papan bilboard akbar di wilayah
Bandung.(Dwi Wulandari – Majalah MIX-MarketingCommunications, Desember 2011)
Hasil pemasaran dari keripik “MAICIH”
Produk Maicih hasil kerja sama Reza (pemilik keripik “MAICIH”) dan kawan-kawan
bersama warga setempat. Penduduk di sebuah kampung di Bandung, Jawa Barat,
membuat kripik ini dibantu sejumlah orang. Ibu Ade, ditunjuk Reza menjadi mitra
produksi rumahan maicih. Mereka mencari cara bagaimana mengemas jajaran kampung
yang tradisional ini agar bisa naik kelas. Berkat pemasaran yang dikemas secara
professional dengan metode gentayangan dimana pembeli yang mencari keripik, Ibu
Ade merasakan perubahan yang signifikan. Penjualan yang dahulu hanya 100 biji
tapi setelah sekarang sudah bermitra dengan maicih, sehari sekarang mencapai
2.000 per bungkus. Dalam sebulan omzet yang dikantongi bisa mencapai Rp 800
juta sampai Rp 900 juta. Di mana sehari saja, bisa mencapai keuntungan 30 juta.
Keripik pedas sering diidentikan dengan makanan kampung. Produk popular ini
biasanya gampang ditemukan di warung dan dijual secara eceran. Namun, ada pula
keripik pedas yang dapat dipesan melalui jejaring sosial Twitter atau Facebook.
Reza Nurhilman, menyulap keripik pedas biasa menjadi keripik pedas yang dicari-cari
oleh banyak konsumen. Dengan brand Maicih, keripik produksi Reza sedang
digandrungi oleh masyarakat Bandung, terutama anak muda.
Nama brand Maicih diambil dari kisah masa lalu yang selalu teringat olehnya,
“Maicih itu terlahir waktu saya masih kecil. Biasanya, kalau saya dibawa mama
ke pasar, suka ada ibu-ibu tua pake ciput dengan baju alakadarnya. Setiap
belanja dia ngeluarin dompet, bonus dari toko emas yang ada resletingnya untuk
masukin receh. Mama saya bilangnya itu dompet Maicih”.
Ungkapnya.Beberapa tahun lalu, ia ketemu ibu-ibu yang sosoknya menyerupai
Maicih dalam memorinya. Ibu-ibu paruh baya yang pakaiannya tradisional membuat
bumbu kripik pedas. Kemudian ia terinspirasi untuk membuat brand Maicihdan
ternyata orang lain sangat menyukainya, karena nyeleneh dan unik.
Maicih mampu diproduksi 75 ribu bungkus per minggu. Pada semua varian dari
kripik, jeblak, gurilem. Dan, selalu habis. Ia mematok harga maicih di daerah
Bandung, keripik level 3-5, gurilam dan jeblak itu Rp11 ribu, untuk keripik yang
level 10 Rp15 ribu. Di luar Bandung, keripik level 3-5, gurilam dan jeblak Rp15
ribu, yang level 10 itu Rp18 ribu.
Memilih rasa pedas karena memberikan efek kecanduan untuk yang mencobanya.
Namun konsumen tidak perlu khawatir karena dalam komposisi Maicih tidak memakai
bahan pengawet dan bisa awet sampai delapan bulan. Rasa pedas Maicih dari
rempah pilihan dan cabai yang segar. Dan produk ini sangat baik untuk
kesehatan, fungsi jantung, dan detoksifikasi. Keripik Maicih juga enak dimakan
pakai nasi, atau dicampur di lotek, mi rebus. Maicih lebih enak kalau
dikombinasikan dengan makanan-makanan lainnya.
Awalnya, pemasaran Maicih melalui teman-teman saja yang bertestimoni di media
sosial twitter. Kemudian ia lebih fokus untuk memasarkannya. “Mereka yang sudah
merasakan Maicih punya testimoni masing-masing. Jadi, saya tidak usah
capek-capek promosi. Dengan Twitter, promosi seperti bola salju, terus
membesar.” Ujarnya. Alasan pemasaran hanya melalui Twitter dan Facebook. Selain
gratis, promosi di Twitter bisa menjadi gong karena kekuatan marketingnya
dibuat orang-orang yang beli Maicih. Orang yang belum tahu Maicih akan bertanya
dan mereka yang nge-tweet soal Maicih akan dengan antusias menjelaskan.
Strategi itu sukses. Keripiknya menjadi barang buruan. Konsumen harus mengantre
berjam-jam demi mendapatkan keripik superpedas itu. Bahkan, antrean pernah
memanjang hingga satu kilometer. Mereka rela mengantre walau hujan badai. Di
setiap kota juga ngantre. Sekarang Jenderal-jenderal punya fans dan
komunitasnya masing-masing.
Waktu awal-awal, ia masih memakai sistem cash on delivery (COD), ia mau
mengantar walau satu bungkus. Waktu itu Ia percaya, “Sekarang saya
ngejar-ngejar konsumen, tapi nanti suatu waktu konsumen yang ngejar-ngejar
saya.” Dan, sekarang terbukti. Karena, memang pemasaran addicted.
Ia tidak mempunyai karyawan yang banyak, untuk segi pekerja itu sendiri sekitar
10 orang termasuk bagian packing, masak, pembuat bumbu, dan distribusi.
Selebihnya agen, yang disebut jenderal maicih. Ia membuat bahasa marketing
dengan nuansa yang berbeda supaya lebih menarik. Menurutnya, kalau saya
sebutnya, “ya ini agen maicih,” sepertinya kurang keren. Kalau disebut agen,
seperti agen minyak dan kurang menjual. Bukan bermaksud mendeskritkan pekerjaan
diluaran sana. Disebut jenderal agar value-nya bertambah, karena produk saya
cuma keripik. Kami juga punya menteri perhubungan, yang megang jalur distribusi
dan penjualan ke luar pulau. Ia seperti ingin membangun kerajaan sendiri.
Syarat untuk menjadi jenderal orang yang menjadi jenderal dipilih yang memiliki
intelektual baik, dan berkompeten. Dari segi SDM, kami nggak hanya asal
menerima jenderal, tetapi ada proses interview dan training. Kualitas mereka
harus yang terbaik. Jenderal bukan karyawan tapi mitra usaha. Mereka membeli
lisensi untuk izin usaha. Jadi istilahnya, mereka adalah distributor atau agen
resmi yang menjual kripik Maicih. Jadi bisa dipertanggung jawabkan.
Karena banyak yang mengatasnamakan Maicih atau memakai nama maicih dengan cara
yang tidak baik. Banyak konsumen yang dirugikan karena tertipu. Sementara
maicih yang asli itu hanya diinfokan oleh akun twitter @infomaicih dan yang
hanya dijual oleh para jenderal.
Training jenderal seputar caracter building, knowledge, sikap, serta
bagaimana menyikapi bisnis ini ke konsumen. Karena, mereka tidak hanya menjual
keripik, tetapi juga education. Ia sendiri sering sharing knowledge di
training. Dengan mengikuti training mereka akan siap menjadi pengusaha dari
segi mental. Mereka tidak hanya jual beli putus, tapi juga bisa dibilang
independent bussiness owner (IBO). Jadi, merasa sebagai pemilik Maicih di
kotanya masing-masing. Dan setiap bulan ia dan para jenderalnya mengevaluasi
penjualannya dengan mengadakan event-event.
Harapan kedepannya, ia ingin pemasaran tidak hanya nasional tetapi go
internasional. Sekarang sudah masuk sampai singapura dan jepang. Tetapi masih
sistem kirim, jendralnya para TKI di sana.
Anak-anak muda itu harus jauh lebih yakin. Jika ingin menekuni sesuatu harus
konsisten dan antusias. Kita harus yakin dan semangat jika kita mempunyai
cita-cita dan tujuan. Untuk menuju puncak itu memang tidak mudah, tidak semudah
membalikkan telapak tangan, tapi ketika kita mengejarnya dengan yakin dan
percaya, pasti akan tercapai.
Namanya berkibar di dunia maya berkat strategi pemasaran lewat jejaring sosial
Twitter. Ketenaran keripik pedas Maicih menimbulkan rasa penasaran bagi mereka
yang belum mencoba, dan rasa ketagihan bagi mereka yang sudah. Maicih ingin
mengangkat jajanan kampung untuk bisa ‘naik kelas. Bungkus keripiknya saat itu
pun masih sederhana, polos tanpa sablonan logo. Berapa pun jumlah pesanan
keripik, ia akan mengantarnya sendiri. Awalnya, Axl memasarkan keripik pedas
Maicih dengan lima level atau tingkat kepedasan, mulai dari level 1 hingga 5.
Setelah dua bulan, tes pasar menunjukkan bahwa keripik level 3 dan 5 adalah
yang paling laris. Kini, dua level keripik itulah yang diproduksi massal.
Januari 2011, Maicih kembali berinovasi dengan menciptakan keripik Maicih edisi
spesial, level 10. Ada orang-orang yang merasa tertantang, wah, level 5
ternyata kurang pedas dan mencari yang lebih. Berkat inovasi marketing
cerdasnya itu, kini Maicih diproduksi sekitar 2.000 bungkus per hari untuk
semua varian produknya. Ia memberi harga satu bungkus keripiknya sebesar Rp11
ribu. Axl pun ketiban rezeki, bisa meraih keuntung an per hari antara Rp1,5
juta hingga Rp 2 juta. Tentu saja penghasilan itu lebih besar jika dibandingkan
dengan gaji pejabat selevel menteri sekalipun. Mimpi Axl untuk terus memopulerkan
Maicih pun tak tanggung-tanggung. Pemasaran luar kota akan diprioritaskan.
Karena di Bandung sudah cukup happening, jadi kita akan ke luar kota, luar
pulau, bahkan luar negeri. Kita mengenal Sumedang dengan tahu, Bandung dengan
peuyeum. Axl ingin Bandung juga bisa dikenal sebagai kota asal Maicih.
Pada bulan mei 2011 , tepatnya tanggal 07 mei 2011 maicih melaunching produk
terbarunya yaitu seblak, sejenis krupuk pipih pedas, dengan varian level yang
berbeda-beda. Axl akan terus melakukan inovasinya tetapi dengan tidak
meninggalkan ciri khas mengangkat camilan kelas rendahan menjadi berkelas dan
diminati orang banyak. Kemungkinan pada masa mendatang akan muncul
produk-produk lain yang lebih Inovatif lagi. (Sumber : bambangsulistio.web.id)
Wow..wow sungguh luar biasa, perjalanan pengusaha
muda sukses Indonesia ini pantang menyerah,
pekerja keras dan sangatlah inovatif. Besar harapan saya agar semua pembaca
bisa menambah ide-ide baru dan memperkuat usaha masing-masing untuk bisa lebih
berkembang dan maju lagi. Semangat kewirausahaan ini semoga bisa mewabah dan
menular bagi generasi muda lainnya sehingga majulah bangsa ini dengan banyaknya
bermunculan para pengusaha muda yang Sukses di Indonesia, Amin. Jaga selalu
semangat kewirausahaan kita, salam sukses!
PROFIL SINGKAT HAMZAH IZZULHAQ
Nama
: Hamzah IzzulHaq
Tanggal Lahir : 26 April
1993
Tempat Lahir : Jakarta
Job :
Enterperneur Muda bidang Franchise dan Direktur CV Hamasa
Twitter :
@hamasacorp
Facebook : https://www.facebook.com/fanspagehamzahizzulhaq
Hamzah sudah belajar
berbisnis mulai usia dini pada waktu kelas 5 SD dengan menjual beberapa macam
permainan seperti kelereng, petasan,dan berbagai macam permainan yang disukai
anak-anak.
Entrepreneur berusia 18 tahun ini tidak ingat secara pasti kapan
pertama kali dirinya mulai berdagang. Namun satu hal yang pasti adalah
bibit-bibit kemandiriannya telah terbentuk sejak ia masih duduk di bangku
sekolah dasar. Mulai dari menjual kelereng, gambaran, petasan hingga menjual
koran, menjadi tukang parkir serta ojek payung, Hamzah Izzulhaq, demikian nama
entrepreneur muda ini memoles jiwa entrepreneurship-nya. Bertujuan menambah
uang saku, ia melakoni semua itu di sela-sela waktu luang saat kelas 5 SD.
Hamzah, begitu dia sering disapa, terlahir dari keluarga
menengah sederhana. Sang ayah berprofesi sebagai dosen sementara ibunda adalah
guru SMP. Secara ekonomi, Hamzah tak kekurangan. Ia senantiasa menerima uang
saku dari orangtuanya. Namun terdorong oleh rasa ingin mandiri dan memiliki
uang saku yang lebih banyak, Hamzah rela menghabiskan waktu senggangnya untuk
mencari penghasilan bersama dengan teman-temannya yang secara ekonomi masuk
dalam kategori kurang mampu.
Hamzah mulai menekuni bisnisnya secara serius ketika beranjak
remaja dan duduk di bangku kelas 1 SMA. Ia berjualan pulsa dan buku sekolah
setiap pergantian semester. Pemuda kelahiran Jakarta, 26 April 1993 ini melobi
sang paman yang kebetulan bekerja di sebuah toko buku besar untuk menjadi
distributor dengan diskon sebesar 30% per buku. “Buku itu lalu saya jual ke
teman-teman dan kakak kelas. Saya beri diskon untuk mereka 10%, sehingga saya
mendapat 20% dari setiap buku yang berhasil terjual. Alhamdulillah Saya mengantongi
nett profit pada saat itu mencapai Rp. 950.000/semester” ngaku Hamzah kepada
CiputraEntrepreneurship.com
Uang jerih payah dari hasil penjualan pulsa dan keuntungan buku
kemudian ditabungnya. Sebagian dipakai untuk membuka konter pulsa dimana bagian
operasional diserahkan kepada teman SMP-nya sementara Hamzah hanya menaruh
modal saja. Sayangnya, bisnis itu tak berjalan lancar. Omzet yang didapat
sering kali dipakai tanpa sepengetahuan dan seizin Hamzah. Voucher pulsapun
juga sering dikonsumsi secara pribadi. Dengan kerugian yang diteriman, Hamzah
akhirnya memutuskan untuk menutup usaha yang hanya berjalan selama kurang lebih
3 bulan itu. “Sampai sekarang etalase untuk menjual pulsa masih tersimpan di
gudang rumah,” kenang Hamzah sambil tertawa.
Dengan menyimpan rasa kecewa, Hamzah berusaha bangkit. “Saya
sangat suka membaca buku-buku pengembangan diri dan bisnis. Terutama buku
“Ciputra Way” dan “Quantum Leap”. Sehingga itu yang membuat saya bangkit ketika
rugi berbisnis,” jelasnya. Bermodal sisa tabungan di bank, Hamzah mulai
berjualan pulsa kembali. Beberapa bulan kemudian, tepatnya ketika ia kelas 2
SMA, Hamzah membeli alat mesin pin. Hal itu nekat dilakoninya karena ia melihat
peluang usaha di sekolahnya yang sering mengadakan sejumlah acara seperti
pentas seni, OSIS dan lainnya, yang biasanya membutuhkan pin serta stiker. Dari
acara-acara di sekolah, ia menerima order yang cukup besar. Tapi lagi-lagi ia
harus menerima kenyataan merugi lantaran tak menguasai teknik sehingga banyak
produk orderan yang gagal cetak dan mesinnya pun rusak. “Ayah sedikit marah
dengan kerugian yang saya buat itu,” lanjut Hamzah.
Dari kerugian itu, Hamzah merenung dan membaca biografi
pengusaha sukses untuk menumbuhkan kembali semangatnya. Tak berapa lama, ia
mulai berjualan snack di sekolah seperti roti, piza dan kue-kue.
Profit yang terkumpul dari penjualan makanan ringan itu sebesar Rp5 juta. Pada
pertengahan kelas 2 SMA, ia menangkap peluang bisnis lagi. Ketika sedang
mengikuti seminar dan komunitas bisnis pelajar bertajuk Community of Motivator
and Entrepreneur (COME), Hamzah bertemu dengan mitra bisnisnya yang menawari
usaha franchise bimbingan belajar (bimbel) bernama Bintang Solusi Mandiri.
“Rekan bisnis saya itu juga masih sangat muda, usianya baru 23 tahun. Tapi
bimbelnya sudah 44 cabang,” terangnya.
Hamzah lalu diberi prospektus dan laporan keuangan salah satu
cabang bimbel di lokasi Johar Baru, Jakarta Pusat, yang kebetulan ingin di-take
over dengan harga jual
sebesar Rp175 juta. Dengan hanya memegang modal Rp5 juta, pengusaha muda
lulusan SMAN 21 Jakarta Timur ini melobi sang ayah untuk meminjam uang sebagai
tambahan modal bisnisnya. “Saya meminjam Rp70 juta dari ayah yang seharusnya
uang itu ingin dibelikan mobil. Saya lalu melobi rekan saya untuk membayar Rp75
juta dulu dan sisanya yang Rp100 juta dicicil dari keuntungan tiap semester.
Alhamdulillah, permintaan saya dipenuhi,” kenang Hamzah.
Dari franchise bimbel itu, bisnis Hamzah berkembang pesat.
Keuntungan demi keuntungan selalu diputarnya untuk membuat bisnisnya lebih maju
lagi. Kini, Hamzah telah memiliki 3 lisensi franchise bimbel dengan jumlah
siswa diatas 200 orang tiap semester. Total omzet yang diperolehnya sebesar
Rp360 juta/semester dengan nett profit sekitar Rp180 juta/semester. Sukses
mengelola bisnis franchise bimbelnya, Hamzah lalu melirik bisnis kerajinan
SofaBed di area Tangerang.
Sejak bulan Agustus lalu, bisnis Hamzah telah resmi berbadan
hukum dengan nama CV Hamasa Indonesia. Lulusan SMA tahun 2011 ini duduk sebagai
direktur utama di perusahaan miliknya yang omzetnya secara keseluruhan mencapai
Rp100 juta per bulan. “Saat ini saya sedang mencicil perlahan-lahan modal yang
saya pinjam 2 tahun lalu dari ayah. Alhamdulillaah, berkat motivasi dan Pak Ci
saya sudah bisa ke Singapore dan Malaysia dengan hasil uang kerja keras
sendiri,” ujarnya.
Menurut Hamzah, dari pengalamannya, berbisnis di usia muda
memiliki sejumlah tantangan plus kendala seperti misalnya diremehkan, tidak
dipercaya dan lain sebagainya. Hal itu dianggapnya wajar. “Maklum saja, sebab
di Indonesia, entrepreneur muda dibawah 20 tahun masih amat langka. Kalau di
Amerika usia seperti saya ini mungkin hal yang sangat biasa,” tutupnya. (*/ely)
Mulai beranjak dewasa padawaktu masuk jenjang
SMA Hamzah mulai berbisnis dalam bidang pulsa dan buku – buku dengan melobi
pamannya yang mempunyai Toko buku yang besar Hamzah mulai menjadi Distributor
Buku dengan diskon 30 % dari pamannya. Buku tersebut dijualkan kepada adik
kelas dan kakak kelasnya dengan diskon 10% sehingga dia meraup keuntungan 20%
setiap bukunya.
Dari itu semua hamzah mengantongi Rp 950 ribu.
Uang jerih payah dari hasil penjualan pulsa dan keuntungan buku kemudian
ditabungnya. Sebagian dipakai untuk membuka konter pulsa dimana bagian
operasional diserahkan kepada teman SMP-nya sementara Hamzah hanya menaruh
modal saja. Sayangnya, bisnis itu tak berjalan lancar. Omzet yang didapat
sering kali dipakai tanpa sepengetahuan dan seizin Hamzah. Voucher pulsapun
juga sering dikonsumsi secara pribadi. Dengan kerugian yang diterimanya, Hamzah
akhirnya memutuskan untuk menutup usaha yang hanya berjalan selama kurang lebih
3 bulan itu.
Hamzah
tidak putus asa dan kembali lagi merenungi kesalahannya dan membaca biografi
pengusaha-pengusaha besar tak lama kemudian ia berjualan snack-snck roti dan
meraup keuntungan 5 jutaan dan setelah itu ia ketemu dengan mitra bisnis yang
menjual franchise bimbel seharga 175 juta tetapi hamzah tidak punya uang
sebesar itu kemudian di harus pinjam ayahnya yang sebagai dosen tetapi Ayahnya
hanya meminjami uang 70 juta yang semestinya untuk dibelikan mobil..
Hamzah melobi untuk membayar 75 juta dulu
sisanya yang 100 juta untuk dicicil. Di bisnis bimbel ini peruntungan Hamzah
tiba. Seiring
dengan lulusnya Hamzah dari SMA , Hamzah sudah memegang 3 lisensi franchise,
jumlah siswa yang di atas 200 orang, omset 360 juta per semester, dengan untung
bersih 180 juta persemester.
Merasa
bisnis bimbelnya sudah mulai stabil dan bisa didelegasikan. Hamzah melirik
bisnis sofabed. Sebuah perusahaan sofabed yang sudah jalan tiga bulan dia beli
dan dia kembangkan. Perkembangannya yang cukup pesat membuat Hamzah bisa
mengantongi omzet 160 juta perbulan.
Dan itulah sedikit rangkuman Profil Biografi & Kisah Sukses Pengusaha Muda
Hamzah Izzulhaq, dan dibawah ini akan
dibeberkan 5 Tips Bisnis ala
Hamzah Izzulhaq :
·
Memperbaiki hubungan
dan kualitas komunitas atau lingkungan kita. Lingkungan sangat berpengaruh
besar dalam membentuk karakter dan perkembangan jiwa kita. Misalnya, ketika
kita melontarkan hasrat untuk terjun ke dunia bisnis, maka tidak menutup
kemungkinan banyak yang akan bilang “ah, ngapain sih bisnis? nanti aja” “sok
tua loh! nikmati hidup aja dulu!”.
Nah, jika kita berteman dengan orang-orang yang berpikiran pesimis seperti, ada
kemungkinan kita tidak akan maju. Untuk itu pilihlah lingkungan dan komunitas
pergaulan yang tepat.
·
Bagi Anda yang ingin
memulai bisnis, janganlah memulai dari nol! Maksudnya, kalau istilah tangga,
ada tangga 1 sampai 5, maka kita mulailah di tangga yang ke 4 atau ke 5.
Misalnya, kita bisa meneruskan suatu usaha yang sudah dirintis oleh orang lain.
Jangan NATO (No Action Talk Only). Ketika kita sudah punya banyak teori,
langkah selanjutnya yang paling penting kita lakukan adalah ACTION, bertindak.
Lakukan bisnis kita mulai sekarang, tidak ada kata menunda, nanti saja, atau
kalau saya sudah besar!
·
Perbaiki hubungan
kualitas kita dengan orang tua dan Tuhan. Hubungan dengan orang tua harus tetap
terjaga dengan baik dengan selalu meminta pendapat dan nasehat tentang berbagai
hal. Jangan mentang-mentang sudah sukses, lalu kita lepas dari orang tua kita.
Apalagi dengan Tuhan, berdoa dan mohon petunjuk-Nya merupakan hal esensial
lainnya yang harus kita jalankan.
Ingat kepada orang lain. Selalu tanamkan makna “the power of giving”,
bersedekah, berbagi dengan orang lain. Kekuatan memberi bukanlah isapan jempol
belaka. Semakin banyak Anda memberi, maka akan semakin banyak pula Anda
menerima.