Kamis, 23 April 2015

Perbedaan Entrepreneurship dengan Technopreneurship

Definisi Entrepreneurship ...

Entrepreneurship adalah jiwa kewirausahaan yang dibangun bertujuan untuk menjembatani antara ilmu dengan kemampuan pasar. Entrepreneurship meliputi pembangunan/ pembentukan sebuah perusahaan baru, kegiatan kewirausahaan juga merupakan kemampuan managerial yang diperlukan oleh seorang entrepreneur.

Istilah entrepreneurship diperkenalkan kali pertama oleh Richard Cantillon, seorang ekonom Irlandia yang berdiam di Perancis pada abad ke-18. Dia mendefinisikan entrepreneurship sebagai, “The agent who buys means of production at cerium prices in order to combine them into a new product”. Dia menyatakan bahwa entrepreneur adalah seorang pengambil resiko. Tidak lama kemudian J.B Say dan Perancis menyempurnakan definisi Cantillon menjadi, “One who brings other people together in order to build a single productive organism”. Artinya entrepreneur menempati fungsi yang lebih luas. yaitu seorang yang mengorganisasikan orang lain untuk kegiatan produktif.
Baru satu abad berikutnya ekonom Inggris sepenti Adam Smith dan John Stuart Millmembahas tentang konsep ini dan menyatakan bahwa entrepreneurship merupakan keterampilan yang tidak biasa, tetapi tidak menemukan istilah yang tepat di dalam bahasa Inggris. Smith dan Mill menyebutnya, business management. John Stuart Mill mcmisahkan fungsi entrepreneur antara yang menerima laba dan yang menerima bunga. Diperluas lagi oleh Schumpeter yang menempatkan manusia sebagai faktor sentral proses perkembangan ekonomi. Dalam proses itu entrepreneur melakukan inovasi dalam bentuk cara atau produk. dan eksploitasi sumber-sumber baru.
Entrepreneurship adalah jiwa entrepreneur yang dibangun untuk menjembatani antara ilmu dengan kemampuan pasar. Entrepreneurship meliputi pembentukan perusahaan baru, aktivitas serta kemampuan managerial yang dibutuhkan seorang entrepreneur.
Sedang, Entrepreneur didefinisikan sebagai seseorang yang membawa sumber daya berupa tenaga kerja, material, dan aset lainnya pada suatu kombinasi yang menambahkan nilai yang lebih besar daripada sebelumnya, dan juga dilekatkan pada orang yang membawa perubahan, inovasi, dan aturan baru.
Sementara Techno Preneurship adalah...

  Technopreneurship merupakan pengembangan dari enterpreneurTechnopreneurship merupakan gabungan dari dua kata, yaitu Technologi dan Enterpreneurship. Definisi dari Technopreneurship merupakan suatu upaya dalam membuat bisnis dengan berbasis IT, sehingga diharapkan pergerakan bisnis tersebut selalu baik. Teknologi zaman saat ini sangat berpengaruh terhadap bidang apapun, termasuk juga wirausaha. Oleh karena itu pakar IT berusaha mengembangkan wirausaha dengan IT. Sebelum berlanjut, secara umum kata teknologi sering digunakan untuk merujuk pada penerapan praktis ilmu pengetahuan ke dunia industri. Sedangkan kata enterpreneurship berasal dari kataenterpreneur yang merujuk pada seseorang yang menciptakan bisnis/usaha dengan keberanian menanggung resiko untuk mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasikan peluang yang ada.
            Terdapat perbedaan antara enterpreneurship dengan TechnopreneurshipTechnopreneurship harus sukses pada dua tugas utama, yaitu menjamin bahwa teknologi berfungsi sesuai kebutuhan target pelanggan, dan teknologi tersebut dapat dijual dengan mendapatkan keuntungan (profit). Sedangan jika enterpreneur biasa, umumnya hanya berhubungan dengan bagian kedua, yaitu menjual dengan mendapatkan keuntungan.

Peranan Technopreneurship
            Peranan Technopreneurship sangat banyak, apalagi bagi orang-orang yang ingin meningkatkan bisnis lebih cepat lagi. Suatu inovasi yang dihasilkan harus berupa ide-ide yang kreatif dan terkini pada masa tersebut. Technopreneurshipbermanfaat dalam pengembangan industri-industri besar dan canggih, selain itu juga dapat diarahkan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi lemah untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Dengan demikian Technopreneurship diharapkan dapat mendukung pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Technopreneurship dapat memberikan manfaat atau dampak, baik secara ekonomi, sosial maupun lingkungan. Dampaknya secara ekonomi adalah:
1.        Meningkatkan efisiensi dan produktivitas
2.        Meingkatkan pendapatan
3.        Menciptakan lapangan kerja baru
4.        Menggerakan sektor-sektor ekonomi yang lain
Manfaat dari segi sosial diantaranta adlah mampu membentuk budaya baru yang lebih produktif, dan berkontribusi dalam memberikan solusi pada penyelesaian masalah-masalah sosial. Manfaat dari segi lingkungan antara lain adalah:
1.        Memanfaatkan bahan baki darisumber daya alam Indonesia secara lebih produktif
2.        Meingkatkan efisiensi penggunaan sumber daya terutama sumber daya energi.
Ada beberapa bidang investasi dan inovasi yang dapat diprioritaskan untuk memberi manfaat kepada masyarakat ekonomi lemah terdiri dari air, energi, kesehatan, petanian, dana keanekaragaman hayati. Bidang-bidang diatas masyarakat ekonomi lemah di Indonesia banyak menghadapi permasalah. pengembangan Technopreneurship dapat diarahkan sebagai upaya untuk menyelesaikan permasalah tersebut.
1.        Water (air)
Technopreneurship memiliki peluang untuk dapat menyelesaikan masalah ini. Karena banyaknya kebutuhan akan air dari masyarakat di Indonesia, khususnya air bersih, oleh karena itu para pakar Technopreneurship memiliki tantangan untuk menyelesaikan maslah ini.
2.        Energy (energi)
Tantangan berikutnya yang harus diselesaikan para pakar Technopreneurship adalah energi. Saat ini semua negara dihadapkan oleh krisis energi yang semakin memburuk. Dan yang pasti yang menjadi korban adalah rakyat kecil kebawah. Oleh karena itu permasalahan ini diharapkan bisa diselesaikan oleh para pakar Technopreneurship.
3.        Health (Kesehatan)
Kesehatan adalah yang terpenting untuk setiap masyarakat, karena jika keadaan tubuh kurang sehat akan mempengaruhi produktivitas yang dihasilkan. Oleh karena itu fasilitas kesehatan sangat dibutuhkan. Pelayanan kesehatan yang murah dan berkualitas sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat kecil ke bawah. Diharapkan para Technopreneurship dapat membuat suatu proses yang mudah bagi masyrakat dalam mengakses fasilitas kesehatan tersebut.
4.        Agriculture (petanian)
Satu hal ini juga menjadi perbincangan hangat di Indonesia. Karena sebagian besar pangan Indonesia bersalah dari luar negeri atau import. Kenapa harus import, padahal Indonesia dulu dijuluki negara agrikultur (bahkan hingga hari ini). Penataan lahan yang kurang baik serta diiringi oleh perilaku para pejabat atas yang kurang baik menyebabkan hal ini bsa terjadi. Kasus ini harus diselesaikan segera, apabila ditunda-tunda akan memperburuk situasi dan pasti yang menjadi korban tetap masyarakat kecil ke bawah.
5.        Biodiversity (keanekaragaman hayati)
Indonesia terkenal akan kebudayaan hayati yang beragam. Berratus-ratus spesies tumbuh di tanah Indonesia ini. Hal ini merupakan kekayaan lain dari Indonesia. Tetapi hal ini tidak menjadi sorotan, padahal hal ini berdampak baikbagi perekonomi indonesia terutama bagi para praktisi wirausaha. Inilah tantangan lain yang harus diselesaikan pra pakar Technopreneurship untuk mempromosikan kekayaan hayati Indonesia sehingga dapat dikenal oleh seleuruh masyarakat Indonesia dan umumnya untuk masyarakat dunia.

Rabu, 22 April 2015

Technopreneurship

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjydb4CheJUawMETv7zKyXrDt2IZ08O6RtpSPvaoBqyrHgRpwy-RR7lmfTVP2JdCqVWN1H-avDo1b82-xU6dCA7nLvSjGpXyU0ZFh-Rj406wO0JqBE1wrhXF0clbV6CU41w1-1ygjndxdpD/s320/115709_reza--maicih--nurhilman_663_382.jpg

Reza Nurhilman (AXL)

Tokoh yang Sukses memanfaatkan marketing melalui media Jejaring Sosial
Biodata Owner Maicih :
1) Nama           : Reza Nurhilman
2) Panggilan     : Axl
3) TTL             : Bandung, 29 September 1987
4) Alamat         : Jl.Padaringan 40 A, Kompleks  KPAD,GegerKalong, Bandung
5) Pendidikan    : SMPN 1 Cimahi 2002 SMAN 2 Bandung 2005 Univ. Kristen Maranatha , Jur   Manajemen 2009

Profil Produk

1. Keripik singkong pedas ( level 3,5,10)
2. Baso Goreng
3. Gurilem
4. Seblak

Profil Bisnis

Dengan Tagline : “ For Ichiher With Love “ maicih ingin tampul dekat dengan para penggemarnya, selalu memanjakan penggemarnya di seantero nusantara dengan cita rasa yang berkualitas.

Awal Usaha :

·Dimulai pada pertengahan 2010
·Dengan modal 15 juta
·Produksi 50 bungkus per hari
·Varian awal yang keluar keripik dan gurilem
·Memproduksi level 1 sampai level 5
·Dipasarkan dengan cara kelililing

Tak pernah terbayangkan oleh Reza Nurhilman jika perkenalannya dengan seorang nenek tiga tahun lalu menjadi awal kesuksesannya berbisnis.
Pemuda 23 tahun ini menceritakan bagaimana iabisa menemukan resep keripik singkong “setan” maicih, yang kini menjadi perbincangan hangat di dunia maya dan tenar di kalangan anak muda Bandung.
Sekitar 2008, Reza diajak oleh seorang temannya ke daerah Cimahi dan mencicipi keripik buatan si nenek yang enggan ia sebutkan namanya. "Saya cicipin keripiknya dan memang enak," kata Reza atau biasa disebut Axl, Presiden Keripik Maicih, saat berbincang dengan Tempo di salah satu kafe di Bandung. 

Saat itu bungsu dari tiga bersaudara ini masih bekerja serabutan. Sesekali ia mengikuti pelatihan motivasi sumber daya manusia. Ia belum terpikir akan menggeluti bisnis itu. Baru pada Juni tahun 2009, Axl kembali mengunjungi rumah nenek itu. Ia melihat si nenek hanya membuat keripik pada saat-saat tertentu dan pemasarannya amat terbatas. Terlintas dalam pikirannya untuk membangun usaha menjual keripik.


Dengan bermodal Rp 15 juta, Axl mulai memproduksi keripik yang diberi merek Maicih sebanyak 50 bungkus per hari. Ia membuat perbedaan tingkat kepedasan dari level 1 hingga level 5. "Saya mulai ngider memasarkan keripik dengan memberikan sampel ke teman, saudara, memanfaatkan Twitter dan Facebook,"katanya.

Pada 11 Februari 2010, di Paris Van Java Mall, Bandung, digelar acara trademark market. Kesempatan ini digunakan Axl untuk meluaskan pasar keripik Maicih. Ia merasa terbantu oleh berlangsungnya acara itu. Pasarnya bertambah. "Artis dan para pejabat jadi tahu dan penasaran dengan keripik Maicih," katanya.

Nama Maicih, kata mahasiswa Manajemen Universitas Maranatha Bandung ini, diambil dari istilah dompet kecil yang suka dipakai ibu-ibu. Nama ini juga mengundang rasa penasaran konsumen karena terdengar nyeleneh. Pemasarannya dibantu oleh teman-temannya di sekolah menengah atas dan saudaranya. Walhasil, peminat keripik Maicih mulai banyak. "Awalnya karena penasaran dengan nama Maicih-nya," ucapnya.

Dalam sebulan, respons atas keripik itu mulai bermunculan. Kebanyakan mengomentari penyedap rasa yang amat dominan. "Saya langsung memperbaikinya karena enggak mau kehilangan pelanggan," ujarnya. Axl juga mulai mengenal selera pelanggan. "Lebih banyak yang suka keripik dengan kepedasan dari level 3 sampai 5," katanya. "Ada juga yang level 10, sangat pedas, tapi itu limited edition.

Dalam menjalankan usahanya, Axl menerapkan prinsip totalitas, loyalitas, dan sinergi. Ia berharap kepercayaan pelanggan terjaga dan kekompakan tim pemasaran tetap berlangsung. Loyalitas terhadap keripik Maicih ini mendorong mereka membentuk satu komunitas yang bernama Icihers. Komunitas ini kebanyakan perempuan. Mereka amat aktif menyebarkan informasi tentang keripik Maicih.

Axl mengucapkan rasa terima kasihnya kepada kolega, saudara, dan para Icihers yang telah loyal memasarkan keripiknya. "Sehingga semakin banyak orang yang 'tericih-icih' (istilah ketagihan keripik Maicih),"jelasnya.

Namun bukan berarti perjalanan bisnis Axl selalu berjalan mulus. Pada November tahun 2010, keripik Maicih tidak diproduksi akibat kurangnya alat penggorengan yang masih memakai tungku. "Pelanggan makin banyak tapi kapasitas penggorengan kurang," kata dia. Selama sebulan ia harus memperbaiki tunggu itu.

Saat ini dalam sehari ia bisa memproduksi 2.000 bungkus. "Selalu habis," ujar Axl. Ia berencana akan menambah jumlah produksi mencapai 10 ribu bungkus per hari. Axl, yang berasal dari keluarga ekonomi kurang mampu, tak menyangka usahanya bakal sesukses ini. Saat ini omzet penjualan keripik Maicih dalam sehari mencapai Rp 22 juta dan dalam sebulan bisa mencapai 7 milyar.

Pelanggan di luar Bandung juga bisa memesan Maicih melalui sistem online di ngiderngiler.com. Dalam waktu dekat, Axl juga akan membuat wardrobe Maicih berupa kaus dan merchandise. "Saya ingin Maicih menjadi ciri khas Jajanan Bandung," kata dia.

Maicih Masa Kini

·Membuat varian sampai level 10
·Demand konsumen sangat tinggi
·Kapasitas produksi hingga kini 2000 bungkus / hari
·Omset per bulan 800 – 900 Juta ( ± 30 jt / day )
·Memiliki 20-an jenderal as a marketer
·Pemasaran di Jakarta, Bandung, Jogja, Surabaya, dll melalui jenderal
·Pegawai Produksi yang dimiliki 30-an

Belum genap setahun, 'keripik setan' bermerek Maicih menjadi ikon jajanan yang fenomenal di Bandung. Bak tersihir, saat ini banyak orang yang penasaran akan cemilan pedas yang satu ini. Sosok dibalik kesuksesan Maicih adalah Reza Nurhilman atau yang akran disapa Axl. Laki-laki berumur 23 tahun inilah yang menemukan resep keripik dari seorang nenek-nenek.Axl bertemu sosok emak-emak (Nenek-nenek )  yang memang mempunyai resep keripik lada atau keripik setan yang rasanya enak. Sosok emak-emak tersebut bukan bernama Maicih. Axl sendiri membuat nama tersebut agar lebih nyeleneh dan mudah diingat orang. Sosok emak-emak ini identik dengan ke-icihan. Dia pake selalu pakai ciput. Nama aslinya bukan Mak Icih, biar nyeleneh saja jadi beri nama Maicih. Pertemuan Axl dengan Si Emak tersebut terjadi sekitar 3 tahun lalu di daerah Cimahi. Menurut Axl, Emak tersebut tidak menjual keripik setannya secara komersil. Keripik hanya diproduksi saat momen-momen tertentu saja. Sehingga pada tahun 2010.

Kunci sukses pada bisnis yang dilakukan Axl adalah terletak pada bagaimana cara dia berfikir “out of the box” . hal ini ternyata ampuh dilakukannya terbukti dengan usaha yang ia jalani sekarang sangat menjadi bahan perbincangan di kalangan anak muda. Orang penasaran ingin mencoba apa itu maicih, yang digembar-gemborkan orang di twitter. Axl suskses karena berkat ketekunan dan keyakinan nya akan bisnis yang ia jalankan. Menjadi sukses adalah kewajiban dan hak setiap orang. Suskes tidak mungkin datang sendiri , tetapi melalui sebuah perjuangan yang gigih pantang menyerah. Suatu kegagalan itu adalah sangat wajar , orang mengalami kegagalan belum berarti dia menjadi orang yang gagal total, namun sesungguhnya ada hikmah dibalik semua itu yaitu Keberhasilan.

Strategi Pemasaran

Ini merupakan titik berhasilnya maicih dimana dilakukan dengan strategi pemasaran yang out of the box. Axl memanfaatkan kecanggihan teknologi masa kini yaitu dengan media twitter dan Facebook. Axl sengaja membuatn produknya eksklusif agar orang penasaran. Dia tidak membuka toko seperti layaknya kebanyakan penjual, namun dijual dengan memanfaatkan media twitter sebagai informasi lokasi dimana para Jenderal ( agen ) maicih mangkal menjajakan dagangannya.

Pemasaran produk ini berbeda dengan kudapan unik kota Bandung lainnya. Calon pelanggan hanya bisa mengetahui dimana Maicih gentayangan tiap harinya melalui situs microblogging Twitter. Tiap hari @InfoMaicih akan memberi kabar di mana produk Maicih bisa didapatkan. Tim pemasaran Maicih yang disebut sebagai Jenderal, akan menjual produk Maicih di lokasi-lokasi tertentu. Mulai dari kampus, kantor atau tempat keramaian lainnya. Pendek kata, tak ada yang abadi sebagai tempat membeli produk Maicih. Mereka selalu mobile sesuai posisi para jenderal. Cara pemasaran yang cukup unik ini terbukti mendongkrak nama Maicih di jagat twitter. Banyak yang penasaran seperti apa produk Maicih gara-gara membaca kicauan pengguna Twitter yang  bersliweran tiap saat. Dan biasanya mereka yang sudah merasakan kripik setan Maicih pastinya bakal tericih-icih alias kepedasan.

Yang membuat pemasaran produk ini berbeda dengan produk produk lainnya
Twitter Ma Icih bambangworld.blogspot.com
. Hanya dengan berkampanye lewat social media twitter, Maicih, merek keripik pedas asal Bandung, berhasil menaklukkan hati para Icihers. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang ingin naik kelas menjadi “Jendral” Maicih. Efeknya, baru satu setengah tahun, omzet Maicih menembus Rp 7 miliar per bulan.  Bagaimana cara Republik Maicih membuat kalangan anak muda urban di Tanah Air bisa “tericih-icih”?

Siapa sih yang gak kenal kenal dengan Maicih? Itu loh, keripik pedas asal Bandung  yang sekarang sedang happening dan tengah “digilai-gilai” kaum muda. “Gak gaul kalau belum tahu dan nyoba Maicih sampai tericih-icih (tergila-gila—red),” demikian diungkapkan para icihers, sebutan untuk para penggemar keripik Maicih. Ruar biasa memang. Dalam seminggu terakhir misalnya, tak kurang 3800 percakapan di Twitter membicarakan Maicih.

Ya, salah satu yang membuat unik dari Maicih adalah sebutan atau istilah yang dilemparkan manajemen Maicih ketika berkomunikasi dengan para calon konsumen dan pelanggannya melalui Twitter. Ada “Emak” (nenek) untuk pembuat keripik Maicih dan “Cucu” untuk konsumennya. Kemudian, ada “Jendral” untuk reseller-nya, “Icihers” sebutan gaul penggemar Maicih, “Republik Maicih” untuk manajemen, hingga  istilah “tericih-icih” untuk menggambarkan ketagihan akan pedasnya Maicih.

Sejak diluncurkan akhir Juni 2010 lalu, keripik Maicih memang menjadi salah satu hot isu dan fenomenal di kalangan anak muda urban, terutama para peselancar dunia maya. Maklum saja, cara memasarkan keripik Maicih memang beda dengan keripik pedas lainnya—yang notabene sudah lebih dulu beredar di Bandung. “Awalnya kami memasarkan tiga varian Maicih, keripik, seblak, dan  gurilem, lewat jaringan pertemanan dan kekeluargaan,” cerita Reza Nurhilman, pemilik sekaligus President Keripik Maicih yang akrab disapa Axl (baca: Axel).

Melalui jaringan kekerabatan, Axl mencoba menciptakan isu atau word of mouth (WOM). Salah satunya, dengan tingkat kepedasan keripik. “Keripik yang kami jajakan memiliki tingkat kepedasan yang berbeda. Mulai dari level satu sampai lima, dan langsung ke level 10 yang tingkat pedasnya paling tinggi,” lanjutnya.

Walhasil, dengan diferensiasi seperti itu, produk pun direspon positif oleh lingkar kekerabatan Axl. Mereka pun tak segan-segan meng-endorse keripik Maicih lewat kicauan mereka di akun twitter  masing-masing. Dua bulan berjalan, permintaan untuk level tiga dan lima melonjak tajam. Oleh karena itu, produksi keripik pun lebih diperbanyak untuk dua level tersebut.

Melihat efektivitas kicauan teman-temannya di dunia maya, maka Axl pun memutuskan untuk fokus hanya berkomunikasi lewat twitter @infomaicih, facebook #maicih, dan situs www.maicih.co.id. Diterangkan Axl, jumlah follower Maicih saat ini sudah mencapai lebih dari 354 ribu, sedangkan jumlah fanpage mencapai 49.000-an.

Untuk itu, jangan harap Anda akan menemukan gerai fisik Maicih. “Kami memang sengaja tidak membangun gerai fisik. Dari sisi biaya operasionalnya sangat tinggi. Dan yang terpenting, gerai fisik  tidak mampu menciptakan interaksi antara brand Maicih dengan konsumen,” ungkap Axl beralasan.

Lantas, bagaimana cara Maicih dikomunikasikan dan dijajakan? Rupanya, Maicih punya sederet “jendral”—sebutan untuk pasukan penjual atau reseller Maicih. Jendral tersebutlah yang bertugas berkicau di akun twitter mereka masing-masing tentang lokasi-lokasi mana saja yang bakal disambangi mobil yang membawa keripik Maicih untuk dijajakan. Dan, tiap harinya lokasi yang disambangi berpindah-pindah, alias nomaden.
Konsep jualan nomaden itu rupanya justru menggelitik rasa penasaran sekaligus memicu antusiasme konsumen. Dampaknya, tak sedikit anak-anak muda justru menunggu-nunggu kicauan dari para jendral Maicih plus berharap lokasi kampus atau rumah mereka bisa disambangi mobil Maicih.
Melalui konsep nomaden itu, urai Axl, “Kami ingin mencapai misi pertama kami, yaitu  menciptakan gengsi di dalam diri  konsumen kalau bisa mengkonsumsi Maicih. Bahkan, punya gengsi jika bisa menjadi icihers.” Itu artinya, jika belum tahu dan mencoba Maicih, boleh dibilang mereka belum masuk kategori “bergaul”.

Kini, misi berikut dari Axl dan kawan-kawan adalah menciptakan gengsi profesi seorang jendral. Menjadi seorang jendral Maicih jelas tidak mudah. Seleksi dilakukan sangat ketat. “Ada tiga batch yang kami tawarkan kepada para calon jendral,” imbuhnya. Ketiga batch itu dibedakan berdasarkan pembelanjaan keripik Maicih.
Untuk batch pertama, nilai pembelanjaan para jendral minimal Rp 5 juta per minggunya. Batch dua, nilai pembelanjaan produk Maicih minimal Rp 10 juta per minggunya. Sementara batch tiga, kategori baru, nilai pembelanjaan minimal Rp 100 juta per minggunya. “Para jendral dibebaskan untuk berinovasi dalam memasarkan produk Maicih,” ungkap Axl.
Selain syarat pembelanjaan, yang terpenting adalah calon jendral Maicih harus datang ke Bandung untuk interview dan mengikuti Akademi Jendral Maicih. “Di sana, calon jendral di-training seputar team work, inovasi, character building, dan soft skill lainnya. Pendeknya, para calon jendral harus mampu menjadi Independent Bussiness Owner (IBO),”  tegas Axl.

Jangan heran, jika para jendral Maicih dituntut untuk inovatif memikirkan cara-cara efektif dalam memasarkan keripik Maicih di area mereka masing-masing. “Kami tidak men-support dana sepeser pun untuk para jendral. Mereka sendirilah yang harus mampu membangun brand Maicih dan memasarkannya di wilayahnya masing-masing,” ia menambahkan.
Axl mencontohkan, area Cirebon  memiliki karakteristik yang berbeda dengan wilayah Jakarta. Di Cirebon, komunikasi jauh sangat efektif menggunakan medium radio. Maka, jendral di sana pun bekerja sama dengan sejumlah radio lokal untuk  menggelar talkshow seputar Maicih. Sementara di Jakarta, ketika Axl diundang hadir di salah satu program Metro TV dan Trans7, permintaan Maicih langsung booming. “Beda lagi dengan Bekasi. Pendekatan di sana justru sifatnya harus personal,” tuturnya.

Kerja keras para jendral—yang merupakan anak-anak muda kelahiran era 80-an—itu tak percuma. Kini, Maicih sudah sampai seantero Indonesia, dari Aceh hingga Papua. Bahkan, Maicih juga sudah menjangkau mancanegara. Sebut saja Jepang dan Singapura. Tak mengherankan, dengan modal awal yang hanya Rp 15 juta, kini omzet Maicih membengkak. Per bulan, omzet Maicih—yang didapat dari pembelanjaan keripik para jendral—sudah menembus Rp 7 miliar.

“Untuk jendral batch dua, tak sedikit pembelanjaan mereka tiap minggunya Rp 200 juta-Rp 300 juta. Kontribusi tertinggi memang masih di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Jogja, dan Semarang,” ia mengaku.
Lantas, berhasilkah Axl pada misi keduanya: membangun gengsi menjadi jendral Maicih? Jawabannya, jelas berhasil. Ini dibuktikan dengan membludaknya anak-anak muda yang ingin menjadi jendral Maicih. “Dalam sehari, lebih dari seribu orang yang ingin mendaftar menjadi jendral Maicih. Dan, ada dari kalangan artis muda yang sudah menjadi jendral Maicih,” terang Axl.

Namun, Axl mengaku tidak bisa sembarangan menerima para jendral. Lantaran, di tangan para jendral-lah reputasi dan nasib brand Maicih digantungkan. Selain reseller, para jendral juga menjadi endorser sekaligus talker brand Maicih. Oleh karena itu, seleksi para jendral dilakukan sangat ketat. “Selain harus memiliki mindset Independent Bussiness Owner dan lulus Akademi Jendral Maicih, kami lebih mendahulukan wilayah-wilayah yang masih kosong pemain dan memiliki potensial market,” jelasnya.

Setelah sukses dibincangkan di jejaring sosial serta  diliput banyak media elektronik, cetak, maupun online, diakui Axl, Maicih mulai kedatangan kompetitor. Di daerah asalnya di Bandung, tak kurang dari 30 brand keripik—dengan jenis varian yang serupa—mulai agresif memasarkan produknya.

Oleh karena itu, Axl mengaku, tidak bisa tinggal diam. Dalam waktu dekat, tepat di awal tahun 2012, diungkapkan Axl, “Kami akan re-packaging dan meluncurkan varian baru, seblak keju.” Jika saat ini kemasan Maicih masih terlihat biasa, bahkan terkesan jadul (jaman dulu—red), tahun depan akan segera berganti. Untuk re-packaging dan peluncuran varian baru itu, saat ini Axl dan tim sedang menggodok konsep event-nya.

Tak cukup, Republik Maicih pun akan jauh lebih agresif menjadi pembicara di acara seminar atau workshop, menjadi narasumber di media elektronik, cetak, maupun online, hingga menggelar program corporate social responsibility. Bahkan, untuk menunjukkan bahwa Maicih adalah sang pionir, tak segan-segan Republik Maicih memasang reklame Maicih di papan bilboard akbar di wilayah Bandung.(Dwi Wulandari – Majalah MIX-MarketingCommunications, Desember 2011)

Hasil pemasaran dari keripik “MAICIH”

Produk Maicih hasil kerja sama Reza (pemilik keripik “MAICIH”) dan kawan-kawan bersama warga setempat. Penduduk di sebuah kampung di Bandung, Jawa Barat, membuat kripik ini dibantu sejumlah orang. Ibu Ade, ditunjuk Reza menjadi mitra produksi rumahan maicih. Mereka mencari cara bagaimana mengemas jajaran kampung yang tradisional ini agar bisa naik kelas. Berkat pemasaran yang dikemas secara professional dengan metode gentayangan dimana pembeli yang mencari keripik, Ibu Ade merasakan perubahan yang signifikan. Penjualan yang dahulu hanya 100 biji tapi setelah sekarang sudah bermitra dengan maicih, sehari sekarang mencapai 2.000 per bungkus. Dalam sebulan omzet yang dikantongi bisa mencapai Rp 800 juta sampai Rp 900 juta. Di mana sehari saja, bisa mencapai keuntungan 30 juta.

Keripik pedas sering diidentikan dengan makanan kampung. Produk popular ini biasanya gampang ditemukan di warung dan dijual secara eceran. Namun, ada pula keripik pedas yang dapat dipesan melalui jejaring sosial Twitter atau Facebook. Reza Nurhilman, menyulap keripik pedas biasa menjadi keripik pedas yang dicari-cari oleh banyak konsumen. Dengan brand Maicih, keripik produksi Reza sedang digandrungi oleh masyarakat Bandung, terutama anak muda.

Nama brand Maicih diambil dari kisah masa lalu yang selalu teringat olehnya, “Maicih itu terlahir waktu saya masih kecil. Biasanya, kalau saya dibawa mama ke pasar, suka ada ibu-ibu tua pake ciput dengan baju alakadarnya. Setiap belanja dia ngeluarin dompet, bonus dari toko emas yang ada resletingnya untuk masukin receh. Mama saya bilangnya itu dompet Maicih”.

Ungkapnya.Beberapa tahun lalu, ia ketemu ibu-ibu yang sosoknya menyerupai Maicih dalam memorinya. Ibu-ibu paruh baya yang pakaiannya tradisional membuat bumbu kripik pedas. Kemudian ia terinspirasi untuk membuat brand Maicihdan ternyata orang lain sangat menyukainya, karena nyeleneh dan unik.

Maicih mampu diproduksi 75 ribu bungkus per minggu. Pada semua varian dari kripik, jeblak, gurilem. Dan, selalu habis. Ia mematok harga maicih di daerah Bandung, keripik level 3-5, gurilam dan jeblak itu Rp11 ribu, untuk keripik yang level 10 Rp15 ribu. Di luar Bandung, keripik level 3-5, gurilam dan jeblak Rp15 ribu, yang level 10 itu Rp18 ribu.
Memilih rasa pedas karena memberikan efek kecanduan untuk yang mencobanya. Namun konsumen tidak perlu khawatir karena dalam komposisi Maicih tidak memakai bahan pengawet dan bisa awet sampai delapan bulan. Rasa pedas Maicih dari rempah pilihan dan cabai yang segar. Dan produk ini sangat baik untuk kesehatan, fungsi jantung, dan detoksifikasi. Keripik Maicih juga enak dimakan pakai nasi, atau dicampur di lotek, mi rebus. Maicih lebih enak kalau dikombinasikan dengan makanan-makanan lainnya.

Awalnya, pemasaran Maicih melalui teman-teman saja yang bertestimoni di media sosial twitter. Kemudian ia lebih fokus untuk memasarkannya. “Mereka yang sudah merasakan Maicih punya testimoni masing-masing. Jadi, saya tidak usah capek-capek promosi. Dengan Twitter, promosi seperti bola salju, terus membesar.” Ujarnya. Alasan pemasaran hanya melalui Twitter dan Facebook. Selain gratis, promosi di Twitter bisa menjadi gong karena kekuatan marketingnya dibuat orang-orang yang beli Maicih. Orang yang belum tahu Maicih akan bertanya dan mereka yang nge-tweet soal Maicih akan dengan antusias menjelaskan.
Strategi itu sukses. Keripiknya menjadi barang buruan. Konsumen harus mengantre berjam-jam demi mendapatkan keripik superpedas itu. Bahkan, antrean pernah memanjang hingga satu kilometer. Mereka rela mengantre walau hujan badai. Di setiap kota juga ngantre. Sekarang Jenderal-jenderal punya fans dan komunitasnya masing-masing.

Waktu awal-awal, ia masih memakai sistem cash on delivery (COD), ia mau mengantar walau satu bungkus. Waktu itu Ia percaya, “Sekarang saya ngejar-ngejar konsumen, tapi nanti suatu waktu konsumen yang ngejar-ngejar saya.” Dan, sekarang terbukti. Karena, memang pemasaran addicted.
Ia tidak mempunyai karyawan yang banyak, untuk segi pekerja itu sendiri sekitar 10 orang termasuk bagian packing, masak, pembuat bumbu, dan distribusi. Selebihnya agen, yang disebut  jenderal maicih. Ia membuat bahasa marketing dengan nuansa yang berbeda supaya lebih menarik. Menurutnya, kalau saya sebutnya, “ya ini agen maicih,” sepertinya kurang keren. Kalau disebut agen, seperti agen minyak dan kurang menjual. Bukan bermaksud mendeskritkan pekerjaan diluaran sana. Disebut jenderal agar value-nya bertambah, karena produk saya cuma keripik. Kami juga punya menteri perhubungan, yang megang jalur distribusi dan penjualan ke luar pulau. Ia seperti ingin membangun kerajaan sendiri.

Syarat untuk menjadi jenderal orang yang menjadi jenderal dipilih yang memiliki intelektual baik, dan berkompeten. Dari segi SDM, kami nggak hanya asal menerima jenderal, tetapi ada proses interview dan training. Kualitas mereka harus yang terbaik. Jenderal bukan karyawan tapi mitra usaha. Mereka membeli lisensi untuk izin usaha. Jadi istilahnya, mereka adalah distributor atau agen resmi yang menjual kripik Maicih. Jadi bisa dipertanggung jawabkan.

Karena banyak yang mengatasnamakan Maicih atau memakai nama maicih dengan cara yang tidak baik. Banyak konsumen yang dirugikan karena tertipu. Sementara maicih yang asli itu hanya diinfokan oleh akun twitter @infomaicih dan yang hanya dijual oleh para jenderal.
Training jenderal  seputar caracter building, knowledge, sikap, serta bagaimana menyikapi bisnis ini ke konsumen. Karena, mereka tidak hanya menjual keripik, tetapi juga education. Ia sendiri sering sharing knowledge di training. Dengan mengikuti training mereka akan siap menjadi pengusaha dari segi mental. Mereka tidak hanya jual beli putus, tapi juga bisa dibilang independent bussiness owner (IBO). Jadi, merasa sebagai pemilik Maicih di kotanya masing-masing. Dan setiap bulan ia dan para jenderalnya mengevaluasi penjualannya dengan mengadakan event-event.

Harapan kedepannya, ia ingin pemasaran tidak hanya nasional tetapi go internasional. Sekarang sudah masuk sampai singapura dan jepang. Tetapi masih sistem kirim, jendralnya para TKI di sana.
Anak-anak muda itu harus jauh lebih yakin. Jika ingin menekuni sesuatu harus konsisten dan antusias. Kita harus yakin dan semangat jika kita mempunyai cita-cita dan tujuan. Untuk menuju puncak itu memang tidak mudah, tidak semudah membalikkan telapak tangan, tapi ketika kita mengejarnya dengan yakin dan percaya, pasti akan tercapai.

Namanya berkibar di dunia maya berkat strategi pemasaran lewat jejaring sosial Twitter. Ketenaran keripik pedas Maicih menimbulkan rasa penasaran bagi mereka yang belum mencoba, dan rasa ketagihan bagi mereka yang sudah. Maicih ingin mengangkat jajanan kampung untuk bisa ‘naik kelas. Bungkus keripiknya saat itu pun masih sederhana, polos tanpa sablonan logo. Berapa pun jumlah pesanan keripik, ia akan mengantarnya sendiri. Awalnya, Axl memasarkan keripik pedas Maicih dengan lima level atau tingkat kepedasan, mulai dari level 1 hingga 5. Setelah dua bulan, tes pasar menunjukkan bahwa keripik level 3 dan 5 adalah yang paling laris. Kini, dua level keripik itulah yang diproduksi massal.

Januari 2011, Maicih kembali berinovasi dengan menciptakan keripik Maicih edisi spesial, level 10. Ada orang-orang yang merasa tertantang, wah, level 5 ternyata kurang pedas dan mencari yang lebih. Berkat inovasi marketing cerdasnya itu, kini Maicih diproduksi sekitar 2.000 bungkus per hari untuk semua varian produknya. Ia memberi harga satu bungkus keripiknya sebesar Rp11 ribu. Axl pun ketiban rezeki, bisa meraih keuntung an per hari antara Rp1,5 juta hingga Rp 2 juta. Tentu saja penghasilan itu lebih besar jika dibandingkan dengan gaji pejabat selevel menteri sekalipun. Mimpi Axl untuk terus memopulerkan Maicih pun tak tanggung-tanggung. Pemasaran luar kota akan diprioritaskan. Karena di Bandung sudah cukup happening, jadi kita akan ke luar kota, luar pulau, bahkan luar negeri. Kita mengenal Sumedang dengan tahu, Bandung dengan peuyeum. Axl ingin Bandung juga bisa dikenal sebagai kota asal Maicih.

Pada bulan mei 2011 , tepatnya tanggal 07 mei 2011 maicih melaunching produk terbarunya yaitu seblak, sejenis krupuk pipih pedas, dengan varian level yang berbeda-beda. Axl akan terus melakukan inovasinya tetapi dengan tidak meninggalkan ciri khas mengangkat camilan kelas rendahan menjadi berkelas dan diminati orang banyak. Kemungkinan pada masa mendatang akan muncul produk-produk lain yang lebih Inovatif lagi. (Sumber : bambangsulistio.web.id)

Wow..wow sungguh luar biasa, perjalanan 
pengusaha muda sukses Indonesia ini pantang menyerah, pekerja keras dan sangatlah inovatif. Besar harapan saya agar semua pembaca bisa menambah ide-ide baru dan memperkuat usaha masing-masing untuk bisa lebih berkembang dan maju lagi. Semangat kewirausahaan ini semoga bisa mewabah dan menular bagi generasi muda lainnya sehingga majulah bangsa ini dengan banyaknya bermunculan para pengusaha muda yang Sukses di Indonesia, Amin. Jaga selalu semangat kewirausahaan kita, salam sukses! 


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqSNt1qkUkDOpG8VZzrrvayLUBJTxRZiAVmXrZTTRTla58-0spBmy_mouBCyKa4nLTXWii7gb0ogdnsR96zpi86-qn4zzFWmRxnSuFjO8GzglKiA8xsmHtYRgpLbu-64Wyettq5svkz0A/s1600/Profil+dan+kisah+sukses+hamzah+izzulhaq.jpg


 PROFIL SINGKAT HAMZAH IZZULHAQ

Nama                           : Hamzah IzzulHaq
Tanggal Lahir               : 26 April 1993
Tempat Lahir               : Jakarta
Job                               : Enterperneur Muda bidang Franchise dan Direktur CV Hamasa
Twitter                         : @hamasacorp
Facebook                     : https://www.facebook.com/fanspagehamzahizzulhaq
Hamzah sudah belajar berbisnis mulai usia dini pada waktu kelas 5 SD dengan menjual beberapa macam permainan seperti kelereng, petasan,dan berbagai macam permainan yang disukai anak-anak.

Entrepreneur berusia 18 tahun ini tidak ingat secara pasti kapan pertama kali dirinya mulai berdagang. Namun satu hal yang pasti adalah bibit-bibit kemandiriannya telah terbentuk sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Mulai dari menjual kelereng, gambaran, petasan hingga menjual koran, menjadi tukang parkir serta ojek payung, Hamzah Izzulhaq, demikian nama entrepreneur muda ini memoles jiwa entrepreneurship-nya. Bertujuan menambah uang saku, ia melakoni semua itu di sela-sela waktu luang saat kelas 5 SD.
Hamzah, begitu dia sering disapa, terlahir dari keluarga menengah sederhana. Sang ayah berprofesi sebagai dosen sementara ibunda adalah guru SMP. Secara ekonomi, Hamzah tak kekurangan. Ia senantiasa menerima uang saku dari orangtuanya. Namun terdorong oleh rasa ingin mandiri dan memiliki uang saku yang lebih banyak, Hamzah rela menghabiskan waktu senggangnya untuk mencari penghasilan bersama dengan teman-temannya yang secara ekonomi masuk dalam kategori kurang mampu.
Hamzah mulai menekuni bisnisnya secara serius ketika beranjak remaja dan duduk di bangku kelas 1 SMA. Ia berjualan pulsa dan buku sekolah setiap pergantian semester. Pemuda kelahiran Jakarta, 26 April 1993 ini melobi sang paman yang kebetulan bekerja di sebuah toko buku besar untuk menjadi distributor dengan diskon sebesar 30% per buku. “Buku itu lalu saya jual ke teman-teman dan kakak kelas. Saya beri diskon untuk mereka 10%, sehingga saya mendapat 20% dari setiap buku yang berhasil terjual. Alhamdulillah Saya mengantongi nett profit pada saat itu mencapai Rp. 950.000/semester” ngaku Hamzah kepada CiputraEntrepreneurship.com
Uang jerih payah dari hasil penjualan pulsa dan keuntungan buku kemudian ditabungnya. Sebagian dipakai untuk membuka konter pulsa dimana bagian operasional diserahkan kepada teman SMP-nya sementara Hamzah hanya menaruh modal saja. Sayangnya, bisnis itu tak berjalan lancar. Omzet yang didapat sering kali dipakai tanpa sepengetahuan dan seizin Hamzah. Voucher pulsapun juga sering dikonsumsi secara pribadi. Dengan kerugian yang diteriman, Hamzah akhirnya memutuskan untuk menutup usaha yang hanya berjalan selama kurang lebih 3 bulan itu. “Sampai sekarang etalase untuk menjual pulsa masih tersimpan di gudang rumah,” kenang Hamzah sambil tertawa.
Dengan menyimpan rasa kecewa, Hamzah berusaha bangkit. “Saya sangat suka membaca buku-buku pengembangan diri dan bisnis. Terutama buku “Ciputra Way” dan “Quantum Leap”. Sehingga itu yang membuat saya bangkit ketika rugi berbisnis,” jelasnya. Bermodal sisa tabungan di bank, Hamzah mulai berjualan pulsa kembali. Beberapa bulan kemudian, tepatnya ketika ia kelas 2 SMA, Hamzah membeli alat mesin pin. Hal itu nekat dilakoninya karena ia melihat peluang usaha di sekolahnya yang sering mengadakan sejumlah acara seperti pentas seni, OSIS dan lainnya, yang biasanya membutuhkan pin serta stiker. Dari acara-acara di sekolah, ia menerima order yang cukup besar. Tapi lagi-lagi ia harus menerima kenyataan merugi lantaran tak menguasai teknik sehingga banyak produk orderan yang gagal cetak dan mesinnya pun rusak. “Ayah sedikit marah dengan kerugian yang saya buat itu,” lanjut Hamzah.
Dari kerugian itu, Hamzah merenung dan membaca biografi pengusaha sukses untuk menumbuhkan kembali semangatnya. Tak berapa lama, ia mulai berjualan snack di sekolah seperti roti, piza dan kue-kue. Profit yang terkumpul dari penjualan makanan ringan itu sebesar Rp5 juta. Pada pertengahan kelas 2 SMA, ia menangkap peluang bisnis lagi. Ketika sedang mengikuti seminar dan komunitas bisnis pelajar bertajuk Community of Motivator and Entrepreneur (COME), Hamzah bertemu dengan mitra bisnisnya yang menawari usaha franchise bimbingan belajar (bimbel) bernama Bintang Solusi Mandiri. “Rekan bisnis saya itu juga masih sangat muda, usianya baru 23 tahun. Tapi bimbelnya sudah 44 cabang,” terangnya.
Hamzah lalu diberi prospektus dan laporan keuangan salah satu cabang bimbel di lokasi Johar Baru, Jakarta Pusat, yang kebetulan ingin di-take over dengan harga jual sebesar Rp175 juta. Dengan hanya memegang modal Rp5 juta, pengusaha muda lulusan SMAN 21 Jakarta Timur ini melobi sang ayah untuk meminjam uang sebagai tambahan modal bisnisnya. “Saya meminjam Rp70 juta dari ayah yang seharusnya uang itu ingin dibelikan mobil. Saya lalu melobi rekan saya untuk membayar Rp75 juta dulu dan sisanya yang Rp100 juta dicicil dari keuntungan tiap semester. Alhamdulillah, permintaan saya dipenuhi,” kenang Hamzah.
Dari franchise bimbel itu, bisnis Hamzah berkembang pesat. Keuntungan demi keuntungan selalu diputarnya untuk membuat bisnisnya lebih maju lagi. Kini, Hamzah telah memiliki 3 lisensi franchise bimbel dengan jumlah siswa diatas 200 orang tiap semester. Total omzet yang diperolehnya sebesar Rp360 juta/semester dengan nett profit sekitar Rp180 juta/semester. Sukses mengelola bisnis franchise bimbelnya, Hamzah lalu melirik bisnis kerajinan SofaBed di area Tangerang.
Sejak bulan Agustus lalu, bisnis Hamzah telah resmi berbadan hukum dengan nama CV Hamasa Indonesia. Lulusan SMA tahun 2011 ini duduk sebagai direktur utama di perusahaan miliknya yang omzetnya secara keseluruhan mencapai Rp100 juta per bulan. “Saat ini saya sedang mencicil perlahan-lahan modal yang saya pinjam 2 tahun lalu dari ayah. Alhamdulillaah, berkat motivasi dan Pak Ci saya sudah bisa ke Singapore dan Malaysia dengan hasil uang kerja keras sendiri,” ujarnya.
Menurut Hamzah, dari pengalamannya, berbisnis di usia muda memiliki sejumlah tantangan plus kendala seperti misalnya diremehkan, tidak dipercaya dan lain sebagainya. Hal itu dianggapnya wajar. “Maklum saja, sebab di Indonesia, entrepreneur muda dibawah 20 tahun masih amat langka. Kalau di Amerika usia seperti saya ini mungkin hal yang sangat biasa,” tutupnya. (*/ely)

Mulai beranjak dewasa padawaktu masuk jenjang SMA Hamzah mulai berbisnis dalam bidang pulsa dan buku – buku dengan melobi pamannya yang mempunyai Toko buku yang besar Hamzah mulai menjadi Distributor Buku dengan diskon 30 % dari pamannya. Buku tersebut dijualkan kepada adik kelas dan kakak kelasnya dengan diskon 10% sehingga dia meraup keuntungan 20% setiap bukunya.

Dari itu semua hamzah mengantongi Rp 950 ribu. Uang jerih payah dari hasil penjualan pulsa dan keuntungan buku kemudian ditabungnya. Sebagian dipakai untuk membuka konter pulsa dimana bagian operasional diserahkan kepada teman SMP-nya sementara Hamzah hanya menaruh modal saja. Sayangnya, bisnis itu tak berjalan lancar. Omzet yang didapat sering kali dipakai tanpa sepengetahuan dan seizin Hamzah. Voucher pulsapun juga sering dikonsumsi secara pribadi. Dengan kerugian yang diteriman
ya, Hamzah akhirnya memutuskan untuk menutup usaha yang hanya berjalan selama kurang lebih 3 bulan itu.
Hamzah tidak putus asa dan kembali lagi merenungi kesalahannya dan membaca biografi pengusaha-pengusaha besar tak lama kemudian ia berjualan snack-snck roti dan meraup keuntungan 5 jutaan dan setelah itu ia ketemu dengan mitra bisnis yang menjual franchise bimbel seharga 175 juta tetapi hamzah tidak punya uang sebesar itu kemudian di harus pinjam ayahnya yang sebagai dosen tetapi Ayahnya hanya meminjami uang 70 juta yang semestinya untuk dibelikan mobil..

Hamzah melobi untuk membayar 75 juta dulu sisanya yang 100 juta untuk dicicil. Di bisnis bimbel ini peruntungan Hamzah tiba.
Seiring dengan lulusnya Hamzah dari SMA , Hamzah sudah memegang 3 lisensi franchise, jumlah siswa yang di atas 200 orang, omset 360 juta per semester, dengan untung bersih 180 juta persemester.
Merasa bisnis bimbelnya sudah mulai stabil dan bisa didelegasikan. Hamzah melirik bisnis sofabed. Sebuah perusahaan sofabed yang sudah jalan tiga bulan dia beli dan dia kembangkan. Perkembangannya yang cukup pesat membuat Hamzah bisa mengantongi omzet 160 juta perbulan.














 Dan itulah sedikit rangkuman Profil Biografi & Kisah Sukses Pengusaha Muda Hamzah Izzulhaq, dan dibawah ini akan dibeberkan 5 Tips Bisnis ala Hamzah Izzulhaq :


·         Memperbaiki hubungan dan kualitas komunitas atau lingkungan kita. Lingkungan sangat berpengaruh besar dalam membentuk karakter dan perkembangan jiwa kita. Misalnya, ketika kita melontarkan hasrat untuk terjun ke dunia bisnis, maka tidak menutup kemungkinan banyak yang akan bilang “ah, ngapain sih bisnis? nanti aja” “sok tua loh! nikmati hidup aja dulu!”.
Nah, jika kita berteman dengan orang-orang yang berpikiran pesimis seperti, ada kemungkinan kita tidak akan maju. Untuk itu pilihlah lingkungan dan komunitas pergaulan yang tepat.
·         Bagi Anda yang ingin memulai bisnis, janganlah memulai dari nol! Maksudnya, kalau istilah tangga, ada tangga 1 sampai 5, maka kita mulailah di tangga yang ke 4 atau ke 5. Misalnya, kita bisa meneruskan suatu usaha yang sudah dirintis oleh orang lain.
Jangan NATO (No Action Talk Only). Ketika kita sudah punya banyak teori, langkah selanjutnya yang paling penting kita lakukan adalah ACTION, bertindak. Lakukan bisnis kita mulai sekarang, tidak ada kata menunda, nanti saja, atau kalau saya sudah besar!
·         Perbaiki hubungan kualitas kita dengan orang tua dan Tuhan. Hubungan dengan orang tua harus tetap terjaga dengan baik dengan selalu meminta pendapat dan nasehat tentang berbagai hal. Jangan mentang-mentang sudah sukses, lalu kita lepas dari orang tua kita. Apalagi dengan Tuhan, berdoa dan mohon petunjuk-Nya merupakan hal esensial lainnya yang harus kita jalankan.
Ingat kepada orang lain. Selalu tanamkan makna “the power of giving”, bersedekah, berbagi dengan orang lain. Kekuatan memberi bukanlah isapan jempol belaka. Semakin banyak Anda memberi, maka akan semakin banyak pula Anda menerima.